FAKTOR PENENTU DERAJAT KESEHATAN DAN KESEHATAN LINGKUNGAN KERJA
A. Faktor Penentu Derajat Kesehatan
Secara ringkas terdapat 4 jenis faktor yang mempengaruhi kesehatan lingkungan kerja, yaitu:
Faktor Perilaku
Perilaku individu atau sekelompok individu yang sehat berdampak pada semakin meningkatnya derajat kesehatan. Contohnya: selalu mencuci tangan sebelum makan, menggosok gigi sebelum tidur, memakai masker saat di luar rumah atau di tempat keramaian, membersihkan makanan sebelum dimakan, dan sejenisnya.
Faktor Genetik
Faktor genetik sifatnya diwariskan dari orang tua ke anaknya. Resiko menderita penyakit lebih tinggi pada anak yang dilahirkan dari orang tua yang memiliki penyakit bawaan daripada anak yang dilahirkan dari orang tua yang tidak membawa penyakit bawaan.
Faktor Lingkungan
Lingkungan yang bersih (rumah, tegalan, jalan, dan semua tempat di alam) sangat mempengaruhi kesehatan masyarakat yang tinggal di tempat tersebut. Contoh. Masyarakat yang tinggal di daerah kumuh rawan terkena gangguan kesehatan, seperti Demam Berdarah, malaria, disentri, gatal-gatal, dan gangguan pernapasan.
Faktor Pelayanan Kesehatan
Ketersediaan fasilitas kesehatan dengan mutu pelayanan yang baik dan dengan alat yang lebih lengkap sesuai dengan standar operasional kerja sangat berpengaruh terhadap kesehatan masyarakat. Dengan adanya fasilitas kesehatan yang dekat, mudah dijangkau, alat lengkap, dan mutu pelayanan yang baik, maka akses pelayanan masyarakat akan meningkat. Contohnya adalah puskesmas di tiap-tiap desa.
B. Kesehatan Lingkungan Kerja
Kesehatan lingkungan kerja adalah keadaan lingkungan kerja yang bersih, aman, nyaman, dan berpengaruh positif terhadap terwujudnya kesehatan para pekerja. Sedangkan upaya kesehatan kerja yaitu adanya keserasian antara kapasitas kerja dengan tujuan produktivitas kerja yang optimal. Secara ergonomi kesehatan kerja mencakup keadaan efektif, nyaman, aman, sehat, efisien, dan menyenangkan.
Tujuan menciptakan kesehatan lingkungan kerja adalah:
memelihara derajat kesehatan para pekerja, baik fisik maupun mental,
mencegah timbulnya gangguan kesehatan kerja yang disebabkan kondisi lingkungan kerja,
memberikan perlindungan kepada pekerja dari bahaya yang disebabkan lingkungan kerja, dan
memberikan pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan fisik dan psikologis pekerja.
Untuk dapat terlaksananya tujuan diciptakannya lingkungan kerja, maka terdapat beberapa persyaratan yang harus dipenuhi secara ergonomi, yaitu:
adanya air bersih
memiliki sirkulasi udara, suhu udara, dan kelembapan udara yang sesuai dengan area tempat kerja dan faktor fisik-psikologis
pencahayaan ruangan yang tepat dan tidak menyilaukan (antara 400 - 600 Lux),
bebas dari vektor penyakit, seperti tikus, lalat, kecoa, nyamuk, dan serangga lainnya,
gedung harus kuat, kokok, dan bersih dengan lantai yang kedap air dan permukaan rata,
memiliki toilet, ruang ganti, dan ruang istirahat yang memadai.
Pentingnya penerapan kesehatan lingkungan kerja akan memberikan manfaat sebagai berikut.
Meningkatnya produktivitas kerja.
Meningkatnya derajat kesehatan bagi pekerja.
Mencegah timbulnya gangguan kesehatan kerja.
Menciptakan tenaga kerja yang sehat dan produktif.
Dapat meningkatkan keuntungan bagi perusahaan dan karyawan.
Selain itu, kesehatan dan kenyamanan dalam bekerja tidak hanya dipengaruhi oleh lingkungan kerja semata, namun terdapat faktor lain yang saling berkaitan agar tercipta kesehatan kerja, yaitu:
Beban kerja
Penempatan seorang pekerja selain berdasarkan pengalaman dan keterampilannya harus juga disesuaikan dengan beban kerja optimum yang sanggup dilakukannya. Beban yang dimaksud adalah beban fisik, mental, ataupun beban sosial. Misalnya, menempatkan seorang wanita sebagai pengangkut barang berat di gudang bukanlah yang yang bijak. Menempatkan pekerja yang tidak menguasai bahasa asing di front office sebuah hotel bukanlah kebijakan yang tepat.
Kemampuan kerja/kapasitas kerja
Kemampuan pekerja berbeda-beda karena kapasitas kerja yang berbeda pula. Kapasitas kerja yang dimaksud adalah kemampuan yang dimiliki sejak lahir dan memiliki sifat terbatas yang umumnya dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan. Misalnya pekerja dengan buta warna tidak tepat ditempatkan pada hal-hal yang berkaitan dengan petunjuk/kegiatan yang berkaitan dengan warna.
Selengkapnya dapat diunduh di: Unduh Materi Ringkas
Pustaka: Parantika, Asep dan Ramon Hurdawaty. 2018. Sanitasi, Hygiene, dan Keselamatan Kerja untuk SMK/MAK Kelas X. Jakarta: Erlangga.
Selamat Belajar
Komentar
Posting Komentar